Model Komunikasi dan Pendidikan
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir
semua diantara kita pernah mengunjungi museum atau pameran. Di sana
diperlihatkan berbagai macam miniature, seperti gedung, candi, pesawat terbang,
perahu, dan sebagainya. Miniatur-miniatur seperti itu dinamakan model.
Model komunikasi adalah gambaran
yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu
komponen komunikasi dengan komponen lainnya.
Dari
uraian diatas, maka penulis mengangkat judul “Model Komunikasi dan Pendidikan”, yang diharapkan menjadi pedoman
dalam berkomunikasi antar manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan
pengertian model ?
2. Jelaskan
model komunikasi dan pendidikan.
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian model.
2. Untuk
mengetahui model komunikasi dan pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model
Model
ialah suatu gambaran yang sistematis dan abstrak, dimana menggambarkan
potensi-potensi tertentu yang berkaitan dengan berbagai aspek dari sebuah
proses (Book, 1980).
Selanjutnya Syamsul Hadi (2010)
mengemukakan bahwa model adalah representasi simbolik dari suatu benda, proses,
sistem, atau gagasan. Model dapat berbentuk gambar-gambar grafis, verbal, atau
matematikal. Perbedaan pokok antara teori dan model adalah: teori merupakan
penjelasan, sementara model hanya merupakan representasi.
Ada
juga yang menggambarkan model sebagai cara untuk menunjukkan sebuah objek,
dimana di dalamnya dijelaskan kompleksitas suatu proses, pemikiran, dan
hubungan antara unsure-unsur yang mendukungnya.
Model
dibangun agar kita dapat mengidentifikasi, menggambarkan, atau
mengategorisasikan komponen-komponen yang relevan dari suatu proses. Sebuah
model dapat dikatakan sempurna, jika ia mampu memperlihatkan semua aspek-aspek
yang mendukung terjadinya sebuah proses. Misalnya, dapat melakukan spesifikasi
dan menunjukkan kaitan antara komponen dengan komponen lainnya dalam suatu
proses, serta kebenarannya dapat ditunjukkan secara nyata.
Secara
garis besar model dapat dibedakan atas 2 macam, yakni model operasional dan
model fungsional.
Model
operasional menggambarkan proses dengan cara melakukan pengukuran dan proyeksi
kemungkinan-kemungkinan operasional, baik terhadap luaran maupun factor-faktor
lain yang mempengaruhi jalannya suatu proses.
Model
fungsional berusaha menspesifikasikan hubungan-hubungan tertentu di antara
berbagai unsure dari suatu proses serta menggeneralisasinya menjadi
hubungan-hubungan baru. Model fungsional banyak digunakan dalam pengkajian ilmu
pengetahuan, utamanya ilmu pengetahuan yang menyangkut tingkah laku manusia (behavioral science).
B. Model Komunikasi dan Pendidikan
Komunikasi
sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berkomunikasi, juga dapat
digambarkan dalam berbagai macam model. Model komunikasi dibuat untuk membantu
dalam memberi pengertian tentang komunikasi, dan juga untuk menspesifikasi
bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antar manusia.
Selain
itu, model juga dapat membantu memberikan gambaran fungsi komunikasi dari segi
alur kerja, membuat hipotesis riset, dan juga untuk memenuhi
perkiraan-perkiraan praktis dalam strategi komunikasi.
Menurut
Hafied Cangara(2007: 41), model komunikasi yang perlu diketahui yaitu :
1.
Model
Analisis Dasar Komunikasi
Model
ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula komunikasi yang dikembangkan
Aristoteles, kemudian Lasswell hingga Shannon dan Weaver.
Pada saat Yunani sangat mengagungkan
kemampuan berpidato, Aristoteles muncul dengan teori retorisnya. Teori ini
memaparkan bahwa komunikasi terjadi apabila seseorang mulai menyampaikan
pembicaraannya pada khalayak pendengar. Maka dapat dikatakan Aristoteles
menganggap ada setidaknya 3 unsur terpenting dalam komunikasi yaitu pembicara
(speaker), pesan atau isi pembicaraan (messages) , pendengar (listener ).
Unsur-unsur komunikasi tersebut dapat dilihat dalam skema sebagai berikut :
Siapa
|
Kepada
siapa
|
Mengatakan
apa
|
Sumber/Pembicara
Pesan Penerima/Pendengar
Fokus model ini adalah pada kemampuan bicara atau pidato
yang biasanya berpusat pada kemampuan persuasi seorang pembicara yang dapat
dilihat dari isi pidato, susunan pidato dan cara penyampainya, dengan
tercapainya tiga hal diatas maka seseorang dapat diukur kemampuan persuasinya.
Model komunikasi yang dibuat Aristoteles belum menempatkan unsur
media dalam proses komunikasi. Hal ini bisa dimengerti, karena retorika/retoris
pada masa Aristoteles merupakan seni keterampilan komunikasi yang sangat
popular. Media seperti surat kabar, radio, dan televisi belum tersedia.
Kekurangan model ini terdapat pada asumsi bahwa komunikasi
adalah suatu kegiatan terstruktur yang selalu disengaja, jadi pembicara
menyampaikan dan pendengar hanya mendengarkan tanpa dibahas mengenai gangguan
yang mungkin terjadi dalam proses penyampaian, efek yang akan terjadi dan
sebagainya. Kemudian, model ini tidak mebahas mengenai aspek nonverbal dalam
persuasi yang mungkin saja terjadi dalam suatu komunikasi.
Model dasar komunikasi yang dibuat Aristoteles telah
mempengaruhi Harold D. Lasswell, seorang sarjana politik Amerika yang kemudian
membuat model komunikasi yang kemudian dikenal dengan formula Lasswell (1948).
Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk
menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who says in which
channel to whom with what effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa
kepada siapa dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik : Lasswell
itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi yaitu Communicator (komunikator),
Message (pesan), Media (media), Receiver (komunikan/penerima), dan Effect
(efek) dan lebih jelas dilihat dalam skema berikut :
Apa
Akibatnya
|
Kepada
siapa
|
Melalui
apa
|
Mengatakan
apa
|
Siapa
|
Adapun
fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut :
a. The surveillance of the environment (pengamatan
lingkungan)
b. The correlation of the parts of
society in responding to the environment (korelasi kelompok-kelompok dalam
masyarakat ketika menanggapi lingkungan).
c. The transmission of the social
heritage from one generation to the next (transmisi warisan sosial dari
generasi yang satu ke generasi yang lain).
Kritik-kritik yang kemudian muncul terhadap model ini,
umumnya melihat bahwa model Lasswell terlalu menekankan pengaruh pada khalayak
sehingga mengabaikan factor tanggapan balik. Satu-satunya pembela untuk
Lasswell adalah para pakar menilai bahwa model ini mencerminkan masanya ketika
ia diformulasikan. Pada masa itu, media massa radio berhasil dimanfaatkan
sebagai alat propaganda oleh pihak-pihak yang terlibat dalam Perang Dunia Kedua
seperti Amerika, Jerman, dan Jepang.
Tahun 1949, dua orang insinyur listrik yakni Claude E.
Shannon dan Warren Weaver, bekerja di laboratorium elektronik Bell yang
kemudian tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan pengiriman pesan melalui
saluran-saluran elektronik, seperti telepon dan radio dari segi teknik, mereka
menanyakan berapa banyak signal (pesan) yang bisa dipancarkan pada titik
maksimum secara cermat dan teliti. Juga ditanyakan seberapa banyak signal yang
rusak karena gangguan selama proses pengiriman sampai kepada penerima.
Sementara itu, dari segi bahasa, mereka juga menyelidiki
bagaimana ketepatan signal yang dipancarkan itu sesuai dengan arti yang
sebenarnya, sehingga penerima memperoleh pesan secara sempurna. Model
komunikasi yang dibuat oleh kedua insinyur ini seperti pada gambar berikut ini:
Sumber
|
Transmitter
|
Gangguan
|
Receiver
|
Destination
|
Pesan signal signal penerima
pesan
Pada gambar di atas, proses komunikasi dimulai dari sumber
yang menciptakan pesan, kemudian di transmit melalui saluran kawat atau
gelombang udara. Pesan ditangkap oleh pesawat penerima yang merekonstruksi
kembali sinyal itu sampai kepada tujuannya (destination).Tujuan
disini adalah penerima yang menjadi sasaran pesan.
Selain itu, unsur yang paling penting dalam model ini adalah
adanya gangguan (noise) yang terjadi dalam proses komunikasi, gangguan disini
menunjukkan adanya rintangan yang terjadi pada saluran, sehingga menghasilkan
pesan yang berbeda seperti yang ditransmit oleh sumber.
Untuk mengukur kecermatan signal yang bisa ditransmit secara
maksimum, Shannon dan Weaver memperkenalkan konsep redudancy dan entropy
yang diukur secara kuantitatif. Redudancy
adalah pengulangan kata yang membubui oembicaraan lewat radio atau telepon akan
menyebabkan rendahnya entropy.
Artinya ketepatan signal (pesan) yang dikirim melalui kawat atau gelombang
udara akan berkurang.
Kelemahan dari model ini lagi- lagi adalah, komunikasi masih
dianggap sebagi sesuatu yang statis dan satu arah.
2.
Model
Proses Komunikasi
Salah
satu model yang banyak digunakan untuk menggambarkan proses komunikasi adalah
model sirkular yang dibuat oleh Osgood bersama Schramm (1954). Kedua tokoh ini
mencurahkan perhatian mereka pada peranan sumber dan penerima sebagai pelaku
utama komunikasi, sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut :
Model
ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang dinamis, dimana pesan
ditransmit melalui proses encoding dan decoding. Encoding adalah translasi yang
dilakukan oleh sumber atas sebuah pesan, dan decoding adalah translasi yang
dilakukan oleh penerima atas pesan yang berasal dari sumber. Hubungan antara
encoding dan decoding adalah hubungan antara sumber dan penerima pesan secara
simultan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Sebagai
proses yang dinamis, interpreter pada model silkular ini bisa berfungsi ganda
sebagai pengirim dan penerima pesan.
Jika
dalam model komunikasi matematik Shannon dan Weaver melihat proses komunikasi
berakhir setelah tiba pada tujuan (destination), maka dalam model sirkular
justru Osgood dan Schramm melihat proses ini secara terus-menerus (simultan).
Pelaku komunikasi baik sumber maupun penerima dalam model ini mempunyai
kedudukan yang sama. Oleh karena itu, proses komunikasi dapat dimulai dan
bberakhir dimana dan kapan saja.
3.
Model
Komunikasi Partisipasi
D.
Lawrence Kincaid dan Everett M. Rogers mengembangkan sebuah model komunikasi
berdasarkan prinsip pemusatan yang dikembangkan dari teori informasi dan
sibernetik. Model ini muncul setelah melihat berbagai kelemahan model
komunikasi satu arah yang telah mendominasi berbagai riset komunikasi
sebelumnya.
Teori
sibernetik melihat komunikasi sebagai suatu system dimana semua unsur saling
bermain dan mengatur dalam memproduksi luaran. Keberhasilan teori ini telah
ditunjukkan dalam merakit berbagai macam teknologi canggih seperti computer,
radar, dan peluru kendali jelajah.
Dalam
konteks komunikasi antar manusia, Kincaid mencoba berpijak dari konsep
sibernetik dengan melihat komunikasi sebagai suatu proses yang memiliki
kecenderungan bergerak ke arah suatu titik temu (convergence). Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu proses
dimana dua orang atau lebih saling menukar informasi untuk mencapai kebersamaan
pemikiran satu sama lainnya dalam situasi dimana mereka berkomunikasi.
Komunikasi
sebagai suatu proses yang memusat menuju kea rah pengertian bersama, menurut
Kincaid dapat dicapai meski kebersamaan pengertian pada suatu objek atau pesan
tidak pernah sempurna secara penuh. Hal ini disebabkan karena tidak pernah ada
dua orang yang memiliki pengalaman yang sama betul. Antara mereka dapat dicapai
kebersamaan pengertian melalui pendekatan yang lebih erat, yakni dengan
toleransi pada tingkat yang lebih tinggi.
Model
komunikasi partisipasi yang dibuat oleh Kincaid dan Rogers dapat dilihat dari
gambar berikut ini :
11
|
13
|
12
|
14
|
A
|
B
|
Pengutaraan
Peserta A
penafsiran
|
penafsiran
Peserta B
Pengutaraan
|
Dan kemudian
Pada
gambar di atas, dapat dilihat bahwa proses komunikasi dimulai “dan kemudian…”
yang mengingatkan kita bahwa sesuatu telah terjadi sebelum kita mulai mengamati
suatu kejadian.
Pelaku
A mungkin saja mempertimbangkan kejadian ini, atau sebaliknya sebelum ia
melakukan komunikasi (11) dengan B. Informasi yang diciptakan dan
dikirim oleh A tadi, kemudian dipersepsi oleh B. Reaksi B terhadap informasi
itu dilanjutkan (12) sebagai informasi baru kepada A, lalu dikirim
lagi (13) kepada B dengan topic yang sama. B yang menerima informasi
ini kemudian melanjutkan (14) sampai keduanya mencapai kesamaan
pengertian terhadap objek yang dibicarakan itu.
Dalam
proses komunikasi yang memusat, setiap pelaku berusaha menafsirkan dan memahami
informasi yang diterimanya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, pelaku
komunikasi dapat memberi reaksi atau menyampaikan hasil pikirannya dengan baik
kepada orang lain. Oleh karena itu dalam model ini, tidak ditunjukkan arah panah
yang menunjukkan unit informasi yang berdiri sendiri dari mana dan ke arah
mana, melainkan informasi itu dibagi oleh para pelaku komunikasi sampai
diperoleh kepuasan atas pengertian bersama terhadap suatu persoalan. Sekarang
komunikasi tidak lagi dipandang aliran informasi searah, melainkan suatu proses
yang interaktif, menyatu, dan partisipatif, kata Hernando Gonzales (1985).
Jika
model-model komunikasi yang dikemukakan di atas, ingin dibandingkan satu sama
lainnya, maka pendapat para pakar komunikasi terakhir melihat bahwa ada
perbedaan orientasi antara model-model komunikasi yang telah ada, yakni model
komunikasi kontemporer (paradigma baru) Yng member tekanan pada khalayaknya dan
bersifat 2 arah (dialogis), interaktif (saling mempengaruhi dan saling membagi
yang mengarah pada saling pengertian. Sedangkan model komunikasi yang berdasar
pada paradigma lama, member tekanan pada sumber sebagai pelaku yang dominan,
satu arah, dan berusaha mempengaruhi khalayak dengan metode persuasi
propaganda. Jelasnya, dalamm komunikasi multidimensional semua elemen berada
dalam posisi sama untuk dapat dipengaruhi dan mempengaruhi.
Komunikasi
selain dapat dilihat dari berbagai dimensi, maka komunikasi dapat dilihat dari
berbagai perspektif, yaitu sebagai berikut:
1. Dari
perspektif perilaku, komunikasi memberi tekanan pada rangsangan (stimulus) yang
dibuat oleh sumber dan reaksi (response) yang diberikan oleh penerima.
2. Perspektif
transmisi memberi tekanan bahwa komunikator atau sumber memberi respon secara
timbal balik pada komunikator lainnya.
3. Perspektif
transaksional memberi tekanan pada proses dan fungsi untuk berbagai dalam hal
pengetahuan dan pengalaman. Komunikasi disini dimaksudkan sebagai suatu proses
dimana semua peserta ikut aktif secara dinamis dalam memenuhi fungsi sosialnya
sebagai anggota masyarakat.
Keempat
perspektif ini menempatkan komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam berkomunikasi, apakah secara langsung atau melalui perantara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model
adalah representasi simbolik dari
suatu benda, proses, sistem, atau gagasan. Model dapat berbentuk gambar-gambar
grafis, verbal, atau matematikal.
Model
komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian
tentang komunikasi, dan juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang
ada dalam hubungan antar manusia.
2. Model
komunikasi yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
a. Model
analisis dasar komunikasi
b. Model
proses komunikasi
c. Model
komunikasi partisipasi
Komunikasi
juga dapat dilihat dari berbagai perspektif yaitu sebagai berikut:
a. Perspektif
perilaku
b. Perspektif
transmisi
c. Perspektif
interaksi
d. Perspektif
transaksional
B. Saran
Saran
dari penulis untuk penulisan makalah selanjutnya adalah untuk lebih menambah
pengetahuan serta memperkaya wawasan, maka penulis sebaiknya menggunakan banyak
literatur. Dan untuk para pembaca, diharapkan memilih model komunikasi yang
tepat dalam mewujudkan tujuan pendidikan sesuai dengan karakteristik dari setiap
medel yang tertuang dalam makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar