Senin, 23 Desember 2013

Model Komunikasi dan Pendidikan




Model Komunikasi dan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Hampir semua diantara kita pernah mengunjungi museum atau pameran. Di sana diperlihatkan berbagai macam miniature, seperti gedung, candi, pesawat terbang, perahu, dan sebagainya. Miniatur-miniatur seperti itu dinamakan model.
Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.
Dari uraian diatas, maka penulis mengangkat judul “Model Komunikasi dan Pendidikan”, yang diharapkan menjadi pedoman dalam berkomunikasi antar manusia.


B.  Rumusan Masalah
1.    Jelaskan pengertian model ?
2.    Jelaskan model komunikasi dan pendidikan.

C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian model.
2.    Untuk mengetahui model komunikasi dan pendidikan.










BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Model
Model ialah suatu gambaran yang sistematis dan abstrak, dimana menggambarkan potensi-potensi tertentu yang berkaitan dengan berbagai aspek dari sebuah proses (Book, 1980).
Selanjutnya Syamsul Hadi (2010) mengemukakan bahwa model adalah representasi simbolik dari suatu benda, proses, sistem, atau gagasan. Model dapat berbentuk gambar-gambar grafis, verbal, atau matematikal. Perbedaan pokok antara teori dan model adalah: teori merupakan penjelasan, sementara model hanya merupakan representasi.
Ada juga yang menggambarkan model sebagai cara untuk menunjukkan sebuah objek, dimana di dalamnya dijelaskan kompleksitas suatu proses, pemikiran, dan hubungan antara unsure-unsur yang mendukungnya.
Model dibangun agar kita dapat mengidentifikasi, menggambarkan, atau mengategorisasikan komponen-komponen yang relevan dari suatu proses. Sebuah model dapat dikatakan sempurna, jika ia mampu memperlihatkan semua aspek-aspek yang mendukung terjadinya sebuah proses. Misalnya, dapat melakukan spesifikasi dan menunjukkan kaitan antara komponen dengan komponen lainnya dalam suatu proses, serta kebenarannya dapat ditunjukkan secara nyata.
Secara garis besar model dapat dibedakan atas 2 macam, yakni model operasional dan model fungsional.
Model operasional menggambarkan proses dengan cara melakukan pengukuran dan proyeksi kemungkinan-kemungkinan operasional, baik terhadap luaran maupun factor-faktor lain yang mempengaruhi jalannya suatu proses.
Model fungsional berusaha menspesifikasikan hubungan-hubungan tertentu di antara berbagai unsure dari suatu proses serta menggeneralisasinya menjadi hubungan-hubungan baru. Model fungsional banyak digunakan dalam pengkajian ilmu pengetahuan, utamanya ilmu pengetahuan yang menyangkut tingkah laku manusia (behavioral science).
B.  Model Komunikasi dan Pendidikan
Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berkomunikasi, juga dapat digambarkan dalam berbagai macam model. Model komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi, dan juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antar manusia.
Selain itu, model juga dapat membantu memberikan gambaran fungsi komunikasi dari segi alur kerja, membuat hipotesis riset, dan juga untuk memenuhi perkiraan-perkiraan praktis dalam strategi komunikasi.
Menurut Hafied Cangara(2007: 41), model komunikasi yang perlu diketahui yaitu :
1.    Model Analisis Dasar Komunikasi
Model ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula komunikasi yang dikembangkan Aristoteles, kemudian Lasswell hingga Shannon dan Weaver.
Pada saat Yunani sangat mengagungkan kemampuan berpidato, Aristoteles muncul dengan teori retorisnya. Teori ini memaparkan bahwa komunikasi terjadi apabila seseorang mulai menyampaikan pembicaraannya pada khalayak pendengar. Maka dapat dikatakan Aristoteles menganggap ada setidaknya 3 unsur terpenting dalam komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan atau isi pembicaraan (messages) , pendengar (listener ). Unsur-unsur komunikasi tersebut dapat dilihat dalam skema sebagai berikut :
Siapa
Kepada siapa
Mengatakan apa
 

         
Sumber/Pembicara                                  Pesan                                               Penerima/Pendengar

Fokus model ini adalah pada kemampuan bicara atau pidato yang biasanya berpusat pada kemampuan persuasi seorang pembicara yang dapat dilihat dari isi pidato, susunan pidato dan cara penyampainya, dengan tercapainya tiga hal diatas maka seseorang dapat diukur kemampuan persuasinya.
Model komunikasi yang dibuat Aristoteles belum menempatkan unsur media dalam proses komunikasi. Hal ini bisa dimengerti, karena retorika/retoris pada masa Aristoteles merupakan seni keterampilan komunikasi yang sangat popular. Media seperti surat kabar, radio, dan televisi belum tersedia.
Kekurangan model ini terdapat pada asumsi bahwa komunikasi adalah suatu kegiatan terstruktur yang selalu disengaja, jadi pembicara menyampaikan dan pendengar hanya mendengarkan tanpa dibahas mengenai gangguan yang mungkin terjadi dalam proses penyampaian, efek yang akan terjadi dan sebagainya. Kemudian, model ini tidak mebahas mengenai aspek nonverbal dalam persuasi yang mungkin saja terjadi dalam suatu komunikasi.
Model dasar komunikasi yang dibuat Aristoteles telah mempengaruhi Harold D. Lasswell, seorang sarjana politik Amerika yang kemudian membuat model komunikasi yang kemudian dikenal dengan formula Lasswell (1948).
Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who says in which channel to whom with what effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik : Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi yaitu Communicator (komunikator), Message (pesan), Media (media), Receiver (komunikan/penerima), dan Effect (efek) dan lebih jelas dilihat dalam skema berikut :
Apa
Akibatnya
Kepada siapa
Melalui
apa
Mengatakan apa

Siapa
 



Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut :
a.    The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan)
b.    The correlation of the parts of society in responding to the environment (korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan).
c.    The transmission of the social heritage from one generation to the next (transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).
Kritik-kritik yang kemudian muncul terhadap model ini, umumnya melihat bahwa model Lasswell terlalu menekankan pengaruh pada khalayak sehingga mengabaikan factor tanggapan balik. Satu-satunya pembela untuk Lasswell adalah para pakar menilai bahwa model ini mencerminkan masanya ketika ia diformulasikan. Pada masa itu, media massa radio berhasil dimanfaatkan sebagai alat propaganda oleh pihak-pihak yang terlibat dalam Perang Dunia Kedua seperti Amerika, Jerman, dan Jepang.
Tahun 1949, dua orang insinyur listrik yakni Claude E. Shannon dan Warren Weaver, bekerja di laboratorium elektronik Bell yang kemudian tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan pengiriman pesan melalui saluran-saluran elektronik, seperti telepon dan radio dari segi teknik, mereka menanyakan berapa banyak signal (pesan) yang bisa dipancarkan pada titik maksimum secara cermat dan teliti. Juga ditanyakan seberapa banyak signal yang rusak karena gangguan selama proses pengiriman sampai kepada penerima.
Sementara itu, dari segi bahasa, mereka juga menyelidiki bagaimana ketepatan signal yang dipancarkan itu sesuai dengan arti yang sebenarnya, sehingga penerima memperoleh pesan secara sempurna. Model komunikasi yang dibuat oleh kedua insinyur ini seperti pada gambar berikut ini:
Sumber
Transmitter
Gangguan
Receiver
Destination
 


       Pesan                             signal                      signal penerima          pesan

Pada gambar di atas, proses komunikasi dimulai dari sumber yang menciptakan pesan, kemudian di transmit melalui saluran kawat atau gelombang udara. Pesan ditangkap oleh pesawat penerima yang merekonstruksi kembali sinyal itu sampai kepada tujuannya (destination).Tujuan disini adalah penerima yang menjadi sasaran pesan.
Selain itu, unsur yang paling penting dalam model ini adalah adanya gangguan (noise) yang terjadi dalam proses komunikasi, gangguan disini menunjukkan adanya rintangan yang terjadi pada saluran, sehingga menghasilkan pesan yang berbeda seperti yang ditransmit oleh sumber.
Untuk mengukur kecermatan signal yang bisa ditransmit secara maksimum, Shannon dan Weaver memperkenalkan konsep redudancy dan entropy yang diukur secara kuantitatif. Redudancy adalah pengulangan kata yang membubui oembicaraan lewat radio atau telepon akan menyebabkan rendahnya entropy. Artinya ketepatan signal (pesan) yang dikirim melalui kawat atau gelombang udara akan berkurang.
Kelemahan dari model ini lagi- lagi adalah, komunikasi masih dianggap sebagi sesuatu yang statis dan satu arah.
2.    Model Proses Komunikasi
Salah satu model yang banyak digunakan untuk menggambarkan proses komunikasi adalah model sirkular yang dibuat oleh Osgood bersama Schramm (1954). Kedua tokoh ini mencurahkan perhatian mereka pada peranan sumber dan penerima sebagai pelaku utama komunikasi, sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut :
 












Model ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang dinamis, dimana pesan ditransmit melalui proses encoding dan decoding. Encoding adalah translasi yang dilakukan oleh sumber atas sebuah pesan, dan decoding adalah translasi yang dilakukan oleh penerima atas pesan yang berasal dari sumber. Hubungan antara encoding dan decoding adalah hubungan antara sumber dan penerima pesan secara simultan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Sebagai proses yang dinamis, interpreter pada model silkular ini bisa berfungsi ganda sebagai pengirim dan penerima pesan.
Jika dalam model komunikasi matematik Shannon dan Weaver melihat proses komunikasi berakhir setelah tiba pada tujuan (destination), maka dalam model sirkular justru Osgood dan Schramm melihat proses ini secara terus-menerus (simultan). Pelaku komunikasi baik sumber maupun penerima dalam model ini mempunyai kedudukan yang sama. Oleh karena itu, proses komunikasi dapat dimulai dan bberakhir dimana dan kapan saja.
3.    Model Komunikasi Partisipasi
D. Lawrence Kincaid dan Everett M. Rogers mengembangkan sebuah model komunikasi berdasarkan prinsip pemusatan yang dikembangkan dari teori informasi dan sibernetik. Model ini muncul setelah melihat berbagai kelemahan model komunikasi satu arah yang telah mendominasi berbagai riset komunikasi sebelumnya.
Teori sibernetik melihat komunikasi sebagai suatu system dimana semua unsur saling bermain dan mengatur dalam memproduksi luaran. Keberhasilan teori ini telah ditunjukkan dalam merakit berbagai macam teknologi canggih seperti computer, radar, dan peluru kendali jelajah.
Dalam konteks komunikasi antar manusia, Kincaid mencoba berpijak dari konsep sibernetik dengan melihat komunikasi sebagai suatu proses yang memiliki kecenderungan bergerak ke arah suatu titik temu (convergence). Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih saling menukar informasi untuk mencapai kebersamaan pemikiran satu sama lainnya dalam situasi dimana mereka berkomunikasi.
Komunikasi sebagai suatu proses yang memusat menuju kea rah pengertian bersama, menurut Kincaid dapat dicapai meski kebersamaan pengertian pada suatu objek atau pesan tidak pernah sempurna secara penuh. Hal ini disebabkan karena tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman yang sama betul. Antara mereka dapat dicapai kebersamaan pengertian melalui pendekatan yang lebih erat, yakni dengan toleransi pada tingkat yang lebih tinggi.
Model komunikasi partisipasi yang dibuat oleh Kincaid dan Rogers dapat dilihat dari gambar berikut ini :


11
13
12
14
A
             B
Pengutaraan
Peserta A
penafsiran
penafsiran
Peserta B
Pengutaraan

 








Dan kemudian

Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa proses komunikasi dimulai “dan kemudian…” yang mengingatkan kita bahwa sesuatu telah terjadi sebelum kita mulai mengamati suatu kejadian.
Pelaku A mungkin saja mempertimbangkan kejadian ini, atau sebaliknya sebelum ia melakukan komunikasi (11) dengan B. Informasi yang diciptakan dan dikirim oleh A tadi, kemudian dipersepsi oleh B. Reaksi B terhadap informasi itu dilanjutkan (12) sebagai informasi baru kepada A, lalu dikirim lagi (13) kepada B dengan topic yang sama. B yang menerima informasi ini kemudian melanjutkan (14) sampai keduanya mencapai kesamaan pengertian terhadap objek yang dibicarakan itu.
Dalam proses komunikasi yang memusat, setiap pelaku berusaha menafsirkan dan memahami informasi yang diterimanya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, pelaku komunikasi dapat memberi reaksi atau menyampaikan hasil pikirannya dengan baik kepada orang lain. Oleh karena itu dalam model ini, tidak ditunjukkan arah panah yang menunjukkan unit informasi yang berdiri sendiri dari mana dan ke arah mana, melainkan informasi itu dibagi oleh para pelaku komunikasi sampai diperoleh kepuasan atas pengertian bersama terhadap suatu persoalan. Sekarang komunikasi tidak lagi dipandang aliran informasi searah, melainkan suatu proses yang interaktif, menyatu, dan partisipatif, kata Hernando Gonzales (1985).
Jika model-model komunikasi yang dikemukakan di atas, ingin dibandingkan satu sama lainnya, maka pendapat para pakar komunikasi terakhir melihat bahwa ada perbedaan orientasi antara model-model komunikasi yang telah ada, yakni model komunikasi kontemporer (paradigma baru) Yng member tekanan pada khalayaknya dan bersifat 2 arah (dialogis), interaktif (saling mempengaruhi dan saling membagi yang mengarah pada saling pengertian. Sedangkan model komunikasi yang berdasar pada paradigma lama, member tekanan pada sumber sebagai pelaku yang dominan, satu arah, dan berusaha mempengaruhi khalayak dengan metode persuasi propaganda. Jelasnya, dalamm komunikasi multidimensional semua elemen berada dalam posisi sama untuk dapat dipengaruhi dan mempengaruhi.
Komunikasi selain dapat dilihat dari berbagai dimensi, maka komunikasi dapat dilihat dari berbagai perspektif, yaitu sebagai berikut:
1.    Dari perspektif perilaku, komunikasi memberi tekanan pada rangsangan (stimulus) yang dibuat oleh sumber dan reaksi (response) yang diberikan oleh penerima.
2.    Perspektif transmisi memberi tekanan bahwa komunikator atau sumber memberi respon secara timbal balik pada komunikator lainnya.
3.    Perspektif transaksional memberi tekanan pada proses dan fungsi untuk berbagai dalam hal pengetahuan dan pengalaman. Komunikasi disini dimaksudkan sebagai suatu proses dimana semua peserta ikut aktif secara dinamis dalam memenuhi fungsi sosialnya sebagai anggota masyarakat.
Keempat perspektif ini menempatkan komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berkomunikasi, apakah secara langsung atau melalui perantara.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    Model adalah representasi simbolik dari suatu benda, proses, sistem, atau gagasan. Model dapat berbentuk gambar-gambar grafis, verbal, atau matematikal.
Model komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi, dan juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antar manusia.
2.    Model komunikasi yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
a.    Model analisis dasar komunikasi
b.    Model proses komunikasi
c.    Model komunikasi partisipasi
Komunikasi juga dapat dilihat dari berbagai perspektif yaitu sebagai berikut:
a.    Perspektif perilaku
b.    Perspektif transmisi
c.    Perspektif interaksi
d.   Perspektif transaksional

B.  Saran
Saran dari penulis untuk penulisan makalah selanjutnya adalah untuk lebih menambah pengetahuan serta memperkaya wawasan, maka penulis sebaiknya menggunakan banyak literatur. Dan untuk para pembaca, diharapkan memilih model komunikasi yang tepat dalam mewujudkan tujuan pendidikan sesuai dengan karakteristik dari setiap medel yang tertuang dalam makalah ini.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar